Pengertian Teori Referensial
Dalam buku The Meaning Of The Meaning, Ogden dan Richards mengungkapkan definisi makna yang bersifat analisis. Ini disebut juga Referential Theori atau Denotational. Teori ini adalah teori pertama yang berkembang dalam kajian semantik. Adapaun analisis itu digambarkan dengan menggnakan model segi tiga dasar di bawah ini.
Ketiga unsur tersebut di atas membedakan tiga komponen makna. Dalam hal ini tidak ada hubungan lansung antara simbol, kata, dan nama dengan benda atau hal yang diacunya melainkan harus melalui titik puncak, yaitu pikiran atau ‘referensi’ dan referensi ini ‘mengacu’ pada unsur atau peristiwa yang dibicarakan.
Ada dua pendapat dalam teori referensial yang mengatakan bahwa makna kalimat/kata ‘mengacu’ pada sesuatu di luar dirinya yang disebut dengan makna simbolik. Pendapat pertama mengatakan bahwa makna kalimat/kata mengacu pada kata itu sendiri. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa makna kata memiliki hubungan antara ungkapan berupa simbol, nama, dan atau kata dengan sesuatu yang diacunya berupa benda, sifat, maupun aksi. Pendapat kedua ini sering disebut dengan ‘denotatif meaning’.
Saussure telah mengungkapkan istilah teknis definisi makna kata, yaitu signifiant (yang mengartikan) dan signifie (yang diartikan). Kita juga dapat menggunakan istilah yang lebih praktis dan sederhana, yaitu: nama (name), adalah bentuk fonetis suatu kata, bunyi-bunyi yang membentuk kata, termasuk unsur akustik lain seperti aksen. Kedua, makna atau pengertian (sense), informasi yang dibawa oleh nama untuk disampaikan kepada pendengar. Ketiga, benda (thing) yang menurut Ogden dan Richards disebut referen, merupakan unsur atau peristiwa non bahasa yang dibicarakan.
Dalam padandangan Saussure kata-kata bukanlah simbol yang berhubungan dengan referen, tapi lebih merupakan ‘tanda’ (signs) yang tersusun dari dua bagian; tanda, baik yang tertulis maupun yang terucapkan disebut ‘penanda’ (le signifiant, signifier), yaitu yang memberi tanda atau yang memberi arti, aspek bentuk dalam tanda atau lambang; dan konsep (apa yang dipikirkan ketika tanda dibuat), disebut ‘petanda’ (le signifie, signified), yaitu suatu yang ditandai atau yang diartikan (Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa. 2006. hal 109).
Mereka berpendapat bahwa ‘referent’ tidak mesti harus benda yang bisa ditangkap oleh panca indera (objek), tetapi juga melihat tingkat kualitas, aksi, dan sesuatu yang abstrak (contoh: keberanian).
Referent tidak bisa ditentukan batasnya, contohnya kata ‘pena’ mungkin mengacu pada pena itu atau ini bukan mengacu pada pena yang ditentukan. Atau bahkan mengacu pada kelas, tingkatan, dan jenis-jenis pena. Contoh lain adalah kata kepala yang diartikan ‘bagian atas tubuh’ yang kemudian juga diartikan sebagai ‘pemimpin’. Oleh karena itu dalam teori refernsial harus dikembangkan ke dua arah sebagai berikut:
- Perlu dikemukakan sesuatu yang berhubungan dengan kada dengan banyak makna (multiple meaning). Hubungan itu bersifat timbal balik antara kata dan makna (resiprokal). Yang paling sederhana adalah hubungan satu nama dengan satu makna. Bisa juga beberapa nama dihubungkan dengan satu makna seperti sinonim dan beberapa makna mungkin diserap dalam satu nama.
- Definisi yang bersifat referensial tidak boleh mengarah pada pandangan atomistik terhadap bahasa, dalam arti tiap kata dianggap sebagai satuan yang terisolasi (tidak berhubungan dengan satuan yang lain).
Post a Comment (0)